MY LOVE IS NOT A BET
Langit
malam ini begitu gelap, tak terlihat satupun bintang yang tampak
menghiasi. Begitu kelam, dan sunyi. Hanya cahaya lampu yang dapat
membantu memberikan penerangan dimalam yang semakin larut ini. Hawa
dingin mulai merasuk ke dalam hangatnya kalbu. Semilir angin yang
berhembus membuat suara gesekan antar ranting daun yang saling beradu.
Disaat orang-orang sedang menikmati alam mimpinya, Aya masih terlihat
duduk termenung di ayunan teras rumahnya sejak pukul 20.00 WIB hingga
saat ini jam menunjukkan pukul 23.55 WIB. Sedari tadi wajahnya dibiarkan
terpelungkup tenggelam dalam kedua lengannya yang dibiarkan bertaut.
Sesekali wajahnya yang bersih terangkat, pandangannya menerawang nan
jauh. Di dalam pikirannya saat ini hanya terdapat satu nama, Angga. Ya,
kekasih yang hampir satu tahun ini ia kenal sebagai sosok yang baik,
penuh perhatian, penyayang, sopan, dan lembut, kini berubah drastis.
Kenangan
indah bersama kekasihnya seakan terputar kembali di memory otak Aya.
Saat-saat dimana Angga, seorang pria yang tampan, tinggi, berkulit
putih, salah satu anggota tim basket sekaligus OSIS yang dikenal sebagai
cowok idaman hampir seluruh wanita di SMA Brawijaya, akhirnya
melabuhkan hatinya pada wanita yang bukan siapa-siapa seperti Aya. Aya
hanyalah seorang gadis biasa, yang berkulitkan hitam manis. Dibandingkan
wanita-wanita yang selama ini mendekati Angga demi mendapatkan
perhatian dan cinta dari Angga, Aya beda jauh. Sangat jauh. Itu yang
membuat Aya tak habis pikir mengapa Angga memilih dirinya untuk
dijadikan pacar. Sedangkan di luar sana masih banyak wanita yang lebih
layak dan sepadan daripadanya.
“Aku cuma sayang sama kamu, aku
nggak peduli orang mau bilang apa tentang kamu, aku tetep pilih kamu.
Karena bagiku kamulah satu-satunya wanita yang bisa bikin aku nyaman..”
itulah yang dikatakan Angga pertama kali saat ia mencoba mengutarakan
isi hatinya pada Aya. Meskipun Aya belum sepenuhnya percaya dengan
kenyataan ini, tapi Angga tidak putus asa untuk meyakinkan perasaannya
terhadap Aya.
Setelah kurang lebih 2 bulan mereka menjalin
hubungan, barulah Aya yakin, bahwa Angga tidak main-main dengan
perasaannya. Angga begitu baik, perhatian, tidak malu walau ejekan dan
cacian sering terlontar dari beberapa pasang bibir teman-temannya
tentang hubungannya dengan Aya. Hingga pada suatu hari, Angga mengajak
Aya untuk mengunjungi rumahnya. Awalnya Aya ragu, apa keluarga Angga
akan bisa menerimanya ataukah tidak. Kegelisahan dan kekhawatiran
berkecamuk dalam pikiran Aya. Tapi kemudian genggaman hangat tangan
Angga dan senyuman manis yang mengembang dibibirnya seakan menjadi
kekuatan tersendiri untuk tetap bertahan apapun yang terjadi.
Sesampainya
di rumah Angga, Aya dibuat terkesima dengan keadaan di sekitarnya.
Gerbang yang tinggi, rumah yang besar, dan taman yang begitu luas
dihiasi warna-warni bunga yang mekar menambah kesan mewah. Apalagi di
tengah-tengah taman terdapat air mancur yang meski tidak begitu besar
namun paling menonjol dari yang lainnya, sehingga dapat dipastikan bahwa
keluarga Angga bukanlah keluarga yang sederhana namun keluarga yang
berada.
“Kamu mau minum apa, Ya?” tanya Angga membuyarkan lamunannya.
“Oh, apa aja boleh Ngga..” jawab Aya.
“Oke,
kamu duduk dulu ya, aku ambilin minum.” kata Angga sambil mempersilakan
Aya duduk di kursi yang terletak di gazebo tamannya. Tak beberapa lama
Angga muncul dengan membawa 2 gelas es sirup di tangannya.
“Ini Ya, diminum..” Angga mempersilakan.
“Iya, makasih. By the way kok sepi, keluarga kamu kemana Ngga?” tanya Aya heran.
“Papa
mamaku kerja, tapi mungkin sebentar lagi mamaku pulang. Kalau kakakku,
Mbak Reva, dia lagi kuliah, mungkin sebentar lagi juga pulang.” kata
Angga menjelaskan. Baru saja Angga selesai berbicara, terdengar suara
mobil memasuki halaman rumahnya. Tak beberapa lama muncul 2 orang wanita
dari dalam mobilnya. Seorang wanita paruh baya dan seorang gadis cantik
berjilbab. Mereka melangkah hendak memasuki rumah. Angga dan Aya
menyusul.
“Mah, kenalin, ini pacar Angga namanya Aya. Yang semalem Angga ceritain sama Mama & Mbak Reva.”
“Nama saya Aya, tante..” Aya memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Mama Angga dan Mbak Reva bergantian.
“Oh,
jadi ini pacar kamu? Kenapa berbeda jauh sekali denganmu Angga? Apa
tidak ada wanita lain yang pantas untuk bisa dijadikan pacar? Hmm??!”
kata Mama Angga dengan ketusnya, sambil melihat Aya dari ujung kaki
hingga ujung rambut. Perkataan itu bagai bom atom yang telah meluluh
lantakan perasaan Aya. Aya sadar betul bahwa dirinya memang tak layak
bersama Angga, tapi apa ia harus mendengar pengakuan itu secara langsung
di depan matanya? Itu benar-benar sangat kejam. Air mata Aya sudah
menggenang dipelupuk matanya. Ingin sekali ia berlari jauh meninggalkan
rumah Angga saat itu juga. Tapi diurungkan niatnya karena sedari tadi
tangan Angga menggenggam erat tangan Aya, sehingga Aya tak kuasa untuk
melepaskannya.
“Mama nggak boleh ngomong gitu ah. Semua itu sama dimata Allah, Ma.” Mbak Reva mencoba menenangkan Mamanya.
“Mah,
Mama punya perasaan nggak sih? Ngomong di depan Aya kayak gini??! Aku
nggak peduli Mama mau bilang apa tentang Aya, aku tetep sayang sama
Aya..!” kata Angga setengah membentak. Kemudian Angga menarik tangan Aya
dan beranjak pergi meninggalkan mereka. Tak sempat Aya berpamitan
karena tarikan tangan Angga yang begitu kuat sehingga tak tersisa
sedikitpun celah untuk melepaskannya.
@@@
Dua hari setelah kejadian itu, Angga mengajak Aya ke pantai sepulangnya dari sekolah.
“Ya…”
kata Angga membuka pembicaraan sesampainya mereka di pantai. Mereka
berdua memilih duduk disebuah batu karang besar di tengah pantai.
Kakinya terjuntai ke bawah sehingga mereka bisa merasakan dinginnya air
laut yang terbawa oleh ombak menerpa kaki mereka.
“Iya…” jawab Aya lemas.
“Maafin
perkataan Mamaku tempo hari ya..” kata Angga sambil menatap wajah Aya.
Tapi Aya tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepala sambil mencoba
tersenyum pada Angga, meski Angga tau itu hanyalah senyum palsu.
Kemudian Angga mengeluarkan kotak berwarna merah dari dalam saku
jaketnya dan membukanya. Sepasang cincin perak bertengger di dalamnya.
Ia tidak menyangka Angga akan memberikan ini padanya. Lalu Angga
mengambil salah satu cincin dan menyematkannya di jari manis Aya. Ia pun
juga memakaikan cincin yang satunya dijari manisnya. Kemudian Angga
mengecup punggung tangan Aya.
“Aku sayang sama kamu Ya..” kata Angga lembut.
“Aku
juga sayang sama kamu Angga. Makasih ya..” kata Aya terseyum. Kemudian
Angga menarik tangan Aya dan merengkuh tubuh Aya ke dalam pelukannya.
“Aku janji aku nggak akan kecewain kamu..”
@@@
Setelah
kurang lebih 10 bulan Aya menjalin hubungan dengan Angga, barulah lama
kelamaan sifat asli Angga terlihat. Angga egois. Kalau Angga meminta
sesuatu, Aya harus memenuhinya. Jika tidak, Angga tak segan-segan
bersikap kasar pada Aya.
Kemarin pada saat jam pulang sekolah
telah berbunyi nyaring, Angga mendadak meminta Aya untuk menemaninya
pergi ke toko kue. Padahal pada saat itu neneknya baru saja masuk RS dan
Aya berniat hendak menjenguk bersama kedua orang tuanya sepulang
sekolah. Aya menolak, tapi Angga tak mau tau. Ia tetap memaksa agar Aya
mau menemaninya. Aya tak mau kalah, ia tetap bersikeras memohon pada
Angga agar ia diijinkan untuk pergi menjenguk neneknya siang itu. Tapi
tiba-tiba.. PRAKKK..!!!! Pukulan keras dari tangan Angga melayang ke
kepala Aya. Untungnya Aya telah mengenakan helm sebelumnya, jadi pukulan
itu tidak secara langsung mengenai kepalanya namun mengakibatkan kaca
helmnya pecah. Tubuh Aya sontak terhuyung ke belakang. Wajahnya pucat
pasi. Ia tidak percaya akan mendapatkan perlakuan kasar dari kekasihnya
itu, apalagi ditempat umum seperti ini. Air matanya jatuh membasahi
pipinya. Para penghuni parkiran sekolah yang masih terlihat ramai karena
bel baru berbunyi 10 menit lalu sontak memperhatikannya tajam. Mereka
memandangi Aya dengan rasa penuh iba.
“Asal kamu tau ya, aku
paling nggak suka kalau dilawan! Ngerti kamu!! Ayo cepet naik..!”
perintah Angga dengan nada bicara tinggi, lalu menarik salah satu
pergelangan tangan Aya dan menyuruhnya untuk menaiki motor. Sepanjang
perjalanan mereka hanya membisu. Sedang Aya menangis dibalik helmnya.
“Aya..
sudah malam, ayo masuk. Udara di luar juga sudah mulai dingin, nanti
kamu masuk angin lho.” tegur ibu membuyarkan lamunan Aya yang sedang
flashback ke masa-masa indah bersama kekasihnya dahulu sampai perlakuan
kasar yang diterimanya 2 hari lalu.
“Eh iya Bu..” jawab Aya
singkat. Kemudian Aya memasuki kamar dan menghempaskan tubuhnya ke kasur
kesayangannya. Dilihatnya jam weker ‘hello kitty’ favourite-nya yang
selama ini bertengger manis di atas meja belajarnya, sudah pukul 00.30
WIB. Mau tidak mau ia harus memejamkan matanya jika ia tak mau
terlambat ke sekolah esok hari.
@@@
Aya dan kedua
sahabatnya, Ika dan Amel berjalan dari halte menuju sekolanya. Sepanjang
perjalanan menuju sekolah, Ika dan Amel sibuk bercanda, sedang Aya
hanya berjalan gontai tanpa semangat. Gara-gara kekurangan tidur
semalam, matanya masih terasa berat.
“Ya, kamu kenapa? Masih mikirin Angga ya?” tanya Ika saat mengetahui bahwa sahabatnya itu terlihat murung.
“Udah
Ya, kamu yang sabar dan tegar ya hadepin Angga. Angga memang
bener-bener keterlaluan! Menurut aku kalian selesain baik-baik deh,
tanya apa maunya dia. Kita akan selalu ada di belakang kamu. Oke!”
tambah Amel.
“Iya, makasih banget ya, kalian memang sahabatku yang
paling baik dan paling bisa ngertiin aku..” merekapun berpelukan. Saat
mereka sedang asyik berjalan tiba-tiba……..
“Aaaaaaaaa…..!!!”
teriak ketiganya bersamaan saat mendapati baju seragamnya basah terkena
cipratan bekas air hujan yang menggenang di tepi jalan.
“Woy.. nyetir yang bener dong!!” kata Aya pada mobil jazz putih yang telah mengotorinya itu.
“Wah kurang ajar tuh orang. Nggak bisa nyetir apa ya??!!” tambah Ika kesal.
Mobil
yang awalnya melaju kencang, tiba-tiba saja berhenti. Dari dalam mobil
itu keluar seorang pria yang cukup tampan. Posturnya tinggi, hidungnya
mancung, kulitnya kuning langsat & bersih. Mereka dibuat terkesima
dengan penampilan pria tersebut, tapi tidak dengan Aya.
“Eh, bawa mobil yang bener dong, nggak lihat kiri kanan apa kalau disini tuh ada genangan air..??!!” kata Aya kesal.
“Loh, kamu Aya kan? Yang dulu tinggal di Perumahan Bukit Kresna?” tanya pria itu memastikan.
“Iya bener, maaf kamu siapa?”
“Aku
Zaky, tetangga kamu waktu dulu. Masa kamu lupa sih. Dulu kita kan
akrab. Tapi semenjak kamu pindah 2 tahun lalu, aku kehilangan jejak
kamu. Aku boleh minta nomer hp kamu? Nanti aku hubungin soalnya ini aku
lagi buru-buru.”
“Zaky……?? Lama nggak ketemu. Iya boleh..”
“Oke
thanks, ntar aku kontak kamu lagi. Bye, Ya. Maaf ya soal kejadian
barusan.” kata Zaky tersenyum sambil melambaikan tangannya.
@@@
Hari
ini tepat satu minggu Angga tak ada kabar sama sekali. Akhirnya Aya
mengalah menuju kelas Angga, dan menyelesaikan permasalahan ini.
“Ngga, mau kamu apa sih?” tanya Aya setelah mengajak Angga keluar kelas dan mencari tempat yang tenang untuk mengobrol.
“Angga!
Mau kamu apa? Kenapa akhir-akhir ini kamu jadi berubah gini. Jadi kasar
banget sama aku. Trus overprotective juga…. Jawab Angga..!” bentak Aya
penuh emosi setelah mendapati orang yang diajak mengobrol tidak
menanggapinya.
“Kamu mau aku jawab apa?” tanya Angga dengan santainya.
“Maksud kamu? Angga, jawab yang jujur, apa kamu udah nggak sayang sama aku lagi?”
“Oke,
aku jawab sekarang. Aku memang udah nggak sayang sama kamu. Bahkan
sejak awalpun aku nggak pernah ada sedikitpun perasaan sama kamu. Kamu
cuma kita jadiin bahan taruhan aja, karena menurut yang kita tau, kamu
itu wanita yang paling susah buat dideketin cowok di sekolah ini.
Puas..!!” perkataan Angga barusan benar-benar telah menusuk hati Aya.
“Berarti selama ini??” tanya Aya tak percaya.
“Iya, aku cuma mainin kamu aja. Siapa sih yang mau sama orang item kayak kamu?” kata Angga ketus.
“Oke kalau gitu, mulai hari ini kita jalan sendiri-sendiri aja..” kata Aya pasrah.
“Emang
itu yang aku mau..!” kemudian Angga meninggalkan Aya yang masih duduk
terpaku ditempatnya. Air matanya mulai jatuh, ia putuskan untuk kembali
ke kelas.
@@@
“Hah?? Yang bener aja. Dia ngehina kamu kayak
gt Ya??” tanya Amel pada Aya setengah tak percaya ditengah perjalanan
pulang ke rumah.
“Iya Mel, ternyata dia cuman mainin aku. Selama
ini aku kira dia beneran serius sama aku. Tapi ternyata apa??” kata Aya
ditengah isak tangisnya.
“Yang sabar Ya, kamu harus tunjukin kalau
kamu bisa tanpa dia, dan kamu nggak seperti apa yang dia bilang.
Tenang aja kita bakal bantu buat ngrubah kamu.” kata Ika mantap.
“Ngrubah aku? Maksudnya?” tanya Aya bingung.
“Liat
aja nanti. 1 bulan lagi Deby ngadain prom night gitu dalam rangka
ultahnya dia. Nah semua anak yang 1 angkatan sama kita tuh diundang,
secara nyokap bokapnya kan tajir abis. Trus tiap anak harus bawa
pasangan masing-masing. Nah kamu harus tampil semaksimal mungkin. Bikin
Angga jadi terpukau sama kamu. Gmn?” jelas Ika.
“Aku masih nggak ngerti. Trus kalau harus bawa pasangan masing-masing, aku sama siapa?” tanya Aya.
“Ya
sama Zaky lah, sama sapa lagi coba? Bukannya waktu itu kamu cerita
kalau Zaky udah hubungin kamu? Trus kalian sering SMS-an?” kata Amel.
“Iya juga sih. Oke deh, ntar aku coba ngomong sama Zaky.” Aya meng-iya-kan.
@@@
Malam
yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah 1 bulan kedua sahabatnya
mati-matian make-over Aya, inilah saat yang ditunggu-tunggu. Membuat
Angga, mantan kekasih Aya menjadi terkesima saat melihat Aya nanti,
apalagi Aya datang tak sendirian, melainkan bersama Zaky. Pria yang tak
kalah kerennya. Pasti usaha mereka tak akan sia-sia.
Mereka mulai
memasuki halaman rumah Deby, sang pembuat acara. Halaman rumahnya yang
luas dipenuhi oleh tamu undangan. Mereka terpukau melihat penampilan Aya
malam ini. Begitu cantik dan menawan. Perawatan yang telah dilakukan
dan polesan make-up yang indah berhasil membuat Aya tampak putih dan
cantik. Ditambah gaun yang dikenakan malam ini. Benar-benar perfect!
Ditemani Zaky bersama kedua sahabatnya dengan pasangan masing-masing,
mereka memasuki ruangan. Mereka mendapati Angga sedang ternganga melihat
penampilan Aya malam ini. Harus ia akui, Aya sangat-sangat berbeda.
“Aya,
boleh ngobrol sebentar?” pinta Angga pada Aya yang sedang berkumpul
dengan sahabatnya. Aya-pun meng-iya-kan. Merekapun menuju taman
belakang rumah.
“Ya, malam ini kamu cantik banget.” puji Angga.
“Makasih.” ucap Aya singkat.
“Emh,
yang waktu itu aku pernah bilang ke kamu, sebenarnya itu aku nggak
serius, Ya. Aku cuma kebawa emosi. Sebenarnya aku sayang banget sama
kamu. Nggak main-main. Apa kamu masih mau terima aku jadi pacarmu lagi?”
kata Angga.
“Ehemm.. tapi sayangnya Aya udah ada yang punya.
Yaitu aku.” kata seorang dari belakang sambil merangkul bahu Aya yang
ternyata adalah Zaky. Aya sontak kaget, apa maksud Zaky berkata seperti
itu.
“Ja…jadi…” kata Angga tak percaya.
“Iya bener, kenalin
aku Zaky, pacar barunya Aya.” kata Zaky sambil mengulurkan tangannya.
Tapi Angga tak membalas uluran tangan Zaky, ia malah pergi meninggalkan
mereka berdua dengan perasaan malu dan dongkol. Kedua sahabatnya yang
ternyata sedari tadi melihat kejadian itu langsung tertawa puas.
“Emh,
Zaky, tadi maksud kamu apa bilang gitu ke Angga? Kamu cuman acting aja
kan?” tanya Aya. Bukannya Zaky menjawab pertanyaan Aya, ia malah pergi
menuju ke atas panggung dengan terlebih dahulu meminta ijin dari sang
pemilik acara, Deby.
“Lagu ini aku persembahkan untuk orang yang
aku sayang, Aya.” kata Zaky kemudian memainkan gitarnya. Dinyanyikanya
lagu berjudul “Tercipta Untukku” milik band Ungu. Ia membawakan lagu
tersebut dengan penuh penghayatan. Petikan gitar bak seorang
professional, ditambah suara yang bisa dikatakan merdu membuat para tamu
undangan sontak berdecak kagum. Harus Aya akui, Zaky hebat malam ini.
Setelah
usai menyanyikan lagu, terdengar tepuk tangan para tamu undangan sangat
keras. Zaky berjalan mendekati Aya. Digenggamnya tangan Aya dengan
lembut.
“Aya, aku pengen kamu tau, kalau aku sayang banget sama
kamu. Sejak aku kehilangan jejak kamu 2 tahun lalu karena keluarga kamu
pindah rumah, aku udah berusaha mencari kesana kemari demi memperoleh
informasi tentang keberadaanmu. Tapi hasilnya ‘nol’. Sekarang aku
sangat-sangat bersyukur karena telah menemukanmu. Dan inilah saatnya aku
harus menyatakan perasaanku selama ini bahwa aku sangat menyayangi
kamu. Aya, would you be my girl?” kata Zaky panjang lebar yang membuat
jantung Aya berdegup kencang. Sangat kencang.
“Apa kamu serius sama perkataan kamu barusan? Apa kamu cuman pengen mempermainkan aku?” tanya Aya ragu.
“Enggak Ya, aku bener-bener serius. Gimana?” Zaky menunggu kepastian.
“Iya
aku mau..” kata Aya mantap. Zaky pun terlonjak kegirangan. Ditarikanya
tubuh Aya ke dalam pelukannya. Teriakan dan sorakan teman-teman
terdengar begitu riuh. Aya berharap, semoga Zaky-lah orang yang tepat,
yang selama ini ia cari.
THE END